Mempertahankan Tradisi Meramu Obat Khas Dayak

Di tengah rusaknya hutan di pedalaman Kalimantan Tengah, seorang peramu obat dari Dayak Ngaju tetap setia meracik obat tradisional yang bersumber dari hutan tersebut.

Saat matahari terbit, Rusinah, 37, sudah memulai beraktivitas. Dengan tangan cekatan, perempuan paruh baya ini memilah-milah berbagai jenis tanaman obat yang akan diolah menjadi ramuan obat tradisional.

Hanya beralaskan tikar tua sebagai wadah, sekumpulan tanaman hutan seperti akar, kayu, daun, biji, dan buah dijemur di pelataran rumah agar kering.

Semua bahan itu merupakan kiriman dari keluarganya yang berada di pedalaman Kalimantan Tengah. Nantinya bahanbahan herbal ini diracik dan dijadikan obat tradisional.

Tumbuhan berkhasiat Namun, tidak semua tanaman atau tumbuhan yang ada di dalam hutan bisa dijadikan obat. Ada jenis tumbuhan tertentu dengan khasiat yang berbeda pula, bisa dijadikan obat tradisional. Hanya para pembuat obat tradisional dari suku Dayak yang mengetahui, karena meramu obat merupakan kegiatan yang sudah diwariskan secara turun-temurun.

Menurut Mama Dion, begitu wanita Dayak Ngaju itu biasa disapa, ia sudah menjual obat -obatan tradisional suku Dayak sudah cukup lama, sekitar 11 tahun.

Sebagai peramu obat tradisional, Rusinah menghadapi banyak peristiwa suka maupun duka. Dia senang bila banyak pembeli datang dari berbagai kalangan untuk membeli ramuan obatnya. Bahkan banyak konsumen yang datang dari luar Kalimantan Tengah seperti dari Jawa, Sumatra, hingga Sulawesi.

`’Biasanya pelang gan membeli obat kami untuk obat alternatif. Apakah untuk pendamping obat-obatan yang diberikan dokter. Na mun ada juga yang membelinya ketika obat dokter tidak lagi berhasil me nyembuhkan penyakit mereka,” ujar wanita kelahiran Desa Palambang, Kabupaten Kapuas, itu menerangkan.

Adapun dukanya, ujar wanita yang membuka kiosnya di Pasar Kahayan Palangkaraya itu, saat ini hutan di Kalimantan Tengah mulai rusak. Kehadiran perkebunan kelapa sawit dan pertambangan ikut menyumbang berkurangnya perolehan bahan baku obat. Bahan obat tersebut semakin sulit didapat.

`’Kondisi saat ini tidak lagi seperti dahulu. Kalau dahulu di kala hutan masih lestari dan tidak banyak ditebang, bahan baku tersedia melimpah. Namun sekarang ini, ketika hutan rusak, kita harus ekstra keras untuk mendapatkannya di hutan. Sekarang agak susah mendapatkan bahan baku karena banyak hutan yang ditebang. Dampaknya bahan baku tumbuhan ini juga ikut musnah,” ujarnya.

Dijelaskannya, ada banyak jenis tumbuhan, baik yang berasal dari akar, batang, maupun daun dengan beragam khasiat untuk penyembuhan berbagai jenis penyakit. Contohnya, batang kenanga hutan, pasak bumi, seluang belum, dan ginseng hutan. Bila semua bahan itu dicampur kemudian direbus atau direndam, akan menghasilkan ramuan obat yang bisa menyembuhkan sakit pinggang.

Kemudian tumbuhan sarang semut dan akar kuning sangat ampuh untuk mengobati penyakit kuning, liver, beri-beri, dan hepatitis.

Tumbuhan tawas berkhasiat untuk luka dalam, sakit asam lambung, dan luka setelah operasi.

`’Ada juga yang namanya tanaman raja bangun. Tanaman ini berguna untuk sakit pinggang, malaria, dan stroke. Kemudian tumbuhan tabat barito untuk sari rapet dan luka dalam. Sedangkan tumbuhan akar sungkai berguna untuk kencing manis dan sakit tulang,” jelasnya.

Dari seluruh bahan baku tersebut, bahan obat yang paling sulit didapat di hutan yakni sarang semut. Tanaman ini me miliki khasiat menyembuhkan penyakit hernia, tumor, asam urat, stroke, dan luka dalam.

`’Tanaman ini sekarang lagi naik daun, sangat populer dan banyak penggemarnya karena sudah terbukti banyak kegunaannya. Dan banyak yang sembuh,” ujarnya yakin.

Selain berbagai tanaman yang telah disebutkan tadi, masih banyak lagi jenis tanaman obat yang telah dibungkus plastik bervariasi. Harga satu bungkus bervariasi, mulai Rp10 ribu hingga Rp25 ribu per bungkus.

Pada kemasannya juga dicantumkan tata cara membuat ramuan berikut khasiatnya.

Untuk ramuan yang dibungkus dalam plastik besar biasanya diperuntukkan mereka yang sakit komplikasi. Ada juga tanaman obat yang wujudnya hanya batang kayu.

Untuk mendapatkan khasiat tanaman itu, batang kayu tersebut cukup direbus kemudian airnya diminum.

`’Para pembeli tinggal memilih apakah dalam bentuk kapsul atau bentuk potongan yang tinggal direbus, atau direndam dan airnya diminum,” jelasnya.

Penjualan ramuan obat tradisional ini memang tidak selaris obat warung. Hasil penjualan hanya bisa mencukupi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Namun Rusinah tetap tidak bisa ke lain hati. Dia tetap setia meracik dan meramu tanaman obat khas Dayak itu.

`’Dengan berjualan obat tradisional khas Dayak ini, saya sedikit banyak berusaha mempertahankan warisan leluhur yang mulai terpinggirkan akibat derasnya serbuan obat -obatan dari bahan kimia,” ungkapnya.

Dia pun bangga bila ada pembeli yang datang dan mengaku sembuh setelah minum ramuan obatnya. `’Hanya itu yang bisa saya lakukan untuk membatu sesama,” tutur wanita yang dikaruniai dua anak itu dengan suara lirih.

(Media Indonesia)

Komentar

%d bloggers like this: