Perbedaan Labu Parang Kuning dan Kabocha

Labu Parang merupakan salah satu sayuran yang banyak ditanam dan memiliki kandungan antioksidan yang tinggi dan vitamin untuk kesehatan. Tanaman Labu Parang termasuk dalam keluarga buah Labu Parang-Labu Parangan atau Cucurbitaceae, dan masih sekerabat dengan melon (Cucumis melo) dan mentimun (Cucumis sativus).

Asal-Usul Tanaman Labu Parang

Labu Parang adalah salah satu tanaman yang paling populer dibudidayakan di seluruh dunia. Kandungan kalorinya yang rendah, serta diperkaya dengan kandungan vitamin A, flavonoid poli-fenolik antioksidan seperti leutin, xanthin, dan karoten, membuat tanaman ini menjadi primadona di Indonesia.

Untuk dapat hidup, tanaman Labu Parang memerlukan suhu sekitar 25-30˚C dan tidak memerlukan ketinggian tempat yang khusus. Itulah sebabnya Labu Parang dapat ditanam di lahan-lahan yang kering atau tegalan, karena cara penanaman dan pemeliharaannya yang cenderung mudah.

Labu Parang memiliki kandungan gizi yang cukup lengkap seperti karbohidrat, protein, dan vitamin. Di sisi lain, buah dari tanaman merambat ini sangat kaya akan kandungan serat, mineral, dan air, sehingga membuatnya menjadi sumber gizi yang sangat potensial dan harganya pun terjangkau oleh masyarakat yang membutuhkan.

Jenis Tanaman Labu Parang: Labu Parang Parang dan Kabocha

Umumnya ukuran Labu Parang adalah 4-6 kg dan mampu mencapai berat terbesar yaitu 25 kg. Lebih dari 40 varietas Labu Parang tersedia di Indonesia, dalam berbagai bentuk, ukuran, dan warna. Dua jenis di antaranya adalah Labu Parang Parang dan Kabocha:

1. Labu Parang

Labu Parang Kuning banyak dibudidayakan di negara Afrika, Amerika, India dan Cina dan biasanya tumbuh pada dataran rendah maupun tinggi, ketinggian tempat antara 0 m-1500 m di atas permukaan laut.

Di Jawa Barat, Labu Parang Kuning disebut dengan “Labu Parang Parang”, karena tanaman tersebut merupakan tanaman tahunan yang menjalar (merambat) dengan perantara alat yang berbentuk pipih. Batangnya cukup kuat dan panjang terdapat bulu-bulu yang agak tajam.

Tanaman Labu Parang Kuning memiliki banyak manfaat bagi kesehatan diantaranya sebagai penambah nafsu makan anak, memperbaiki tekanan darah tinggi, gangguan kandung kemih, sakit maag, memperbaiki kulit kusam dan menghilangkan flek hitam.

Selain itu, waluh juga mengandung antioksidan sebagai penangkal radikal bebas dan kanker. Sifat Labu Parang Kuning yang lunak dan mudah dicerna sehingga banyak dipakai sebagai bahan utama kolak saat Bulan Ramadhan.

2. Kabocha

Labu Parang Kabocha sepintas mirip dengan Labu Parang Kuning yang biasa ditemui di Indonesia. Bentuknya yang lebih kecil membuat Labu Parang ini menjadi khas dan mudah dikenali oleh konsumen.

Labu Parang ini diketahui berasal dari Jepang. Namun, pada kenyataannya, Kabocha pertama kali diperkenalkan di Jepang oleh pedagang Portugis pada abad ke 16. Sebelum itu, pedagang sempat singgah di Kamboja dan membawa beberapa buah-buahan dari wilayah tersebut.

Orang Portugis menamakannya sebagai “Cambodia Abóbora”, yang kemudian disingkat oleh orang Jepang dengan nama “Kabocha”. Dalam bahasa Jepang, Kabocha berarti Labu Parang, yang mencakup seluruh jenis Labu Parang yang tumbuh pada musim panas setiap tahunnya.

Kandungan nutrisi di dalam Kabocha sangat baik bagi kesehatan. Diketahui, satu cangkir penyajian Kabocha mengandung 30 kalori yang sebagian besar berasal dari karbohidrat (terdapat 7 gram karbohidrat dalam satu cangkir Kabocha tersebut).

Fakta bahwa Kabocha juga banyak mengandung vitamin dan nutrien lain juga ternyata terbukti. Terdapat 10.707 IU (International Unit) vitamin A pada satu cangkir Kabocha yang dipotong dadu dan kemudian dipanggang. Jumlah ini lebih dari dua kali lipat dari intake harian yang direkomendasikan oleh US food and drugs administration.

Kabocha dengan jumlah dan cara memasak tersebut juga mengandung 5.726 mcg betakaroten, yang merupakan prekursor vitamin A. Zat ini berguna melindungi mata dari kerusakan akibat sinar dan membantu mencegah degenerasi makular.

Dengan satu cangkir penyajian Kabocha panggang, berarti kita juga telah mengonsumsi hingga sekitar 20 mg vitamin C. Vitamin C merupakan antioksidan yang efektif dan merupakan komponen yang dibutuhkan oleh pembuluh darah, ligamen dan bagian tubuh lainnya.

Perbedaan Labu Parang Parang dan Kabocha

Perbedaan dari kedua jenis labu ini sepintas sulit untuk kita temukan. Namun, terdapat ciri khas yang membedakan keduanya. Bentuk dan tekstur Kabocha memiliki ukuran yang lebih mungil jika dibandingkan dengan Labu Parang yang biasa dipakai membuat kolak.

Rasa lebih manis serta warna oranye yang lebih terang yang terdapat pada Kabocha juga cukup memberikan perbedaan yang mendasar terhadap keduanya. Selain itu, Kabocha kini banyak digunakan dalam menu MPASI.

Karena berasal dari rumpun tanaman yang sama, kandungan gizi di dalam Kabocha pun tak jauh berbeda dari Labu Parang. Hanya saja, Kabocha ternyata memiliki kandungan betakaroten yang lebih banyak dibandingkan Labu Parang.

Untuk menyiasati kekurangan tersebut, Anda bisa menambahkan wortel dan pepaya ke dalam menu harian yang hendak disajikan bagi keluarga tercinta. Sayur dan buah tersebut juga kaya kandungan betakaroten dan tidak memiliki efek samping jika disajikan secara bersamaan.

Setelah mengetahui perbedaan antara Labu Parang dan Kabocha, diharapkan Anda tidak lagi bingung saat hendak membeli kedua jenis dari labu ini. Apalagi, keduanya dapat saling menggantikan. Jadi, apabila Anda tidak dapat menemukan Kabocha di supermarket terdekat, Anda dapat menggantinya dengan Labu Parang yang memiliki khasiat hampir sama.

 

Komentar

%d bloggers like this: