Di tengah mahalnya harga obat karena di antaranya 95 persen bahan baku masih impor, jamu yang asli Indonesia dapat menjadi alternatif menjaga kesehatan, terutama untuk tindakan preventif, promotif, rehabilitatif, dan paliatif.
Menurut data Survei Sosial Ekonomi Nasional 2007, masyarakat yang memilih mengobati diri sendiri dengan obat tradisional mencapai 28,69 persen, meningkat dalam waktu tujuh tahun dari yang semula hanya 15,2 persen. Dikutip dari health.kompas.com, berdasarkan data hasil riset kesehatan tahun 2010, hampir setengah (49,53 persen) penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas, mengonsumsi jamu. Sekitar lima persen (4,36 persen) mengkonsumsi jamu setiap hari sedangkan sisanya (45,17 persen) mengkonsumsi jamu sesekali.
Proporsi jenis jamu yang banyak dipilih untuk dikonsumsi adalah jamu cair (55,16 persen), bubuk (43,99 persen) dan jamu seduh (20,43 persen), sedangkan proporsi terkecil adalah jamu dikemas secara modern dalam bentuk kapsul/tablet (11,58 persen).
Kepercayaan masyarakat terhadap jamu yang cukup tinggi dan cenderung meningkat ini tentu perlu disikapi dengan arif supaya mereka tidak berpaling pada metode pengobatan tradisional bangsa lain. Tanpa citra jamu yang kuat, produk herbal dari negara lain, terutama China, akan menguasai pasar Indonesia karena promosi mereka besar-besaran walaupun jelas belum tentu benar dan aman.
Sumber: Kompas