Akupunktur telah digunakan dalam pengobatan Timur selama ribuan tahun untuk membuat rileks dan menyembuhkan penyakit. Ilmu Akupunktur, Akupressure, Cop–Moksibusi adalah bagian dari ilmu pengobatan Cina. Menurut buku Huang Ti Nei Cing (The Yellow Emperor’s Classic of Internal Medicine) ilmu ini telah berkembang sejak Jaman Batu, yaitu kira-kira 4–5 ribu tahun yang lalu, di mana digunakan jarum batu untuk menyembuhkan penyakit. Sebuah kasus di ungkapkan buku tersebut adalah penyembuhan abses dengan penusukan jarum batu.
Kendati ilmu kedokteran barat jauh lebih muda usianya, pengakuan terhadap akupuntur ternyata masih cukup sulit mendapatkan tempat sebagai salah satu metode ilmu kedokteran. Ilmu kedokteran barat hingga kini masih dianggap sebagai satu-satunya ilmu pengetahuan yang teruji secara ilmiah melalui prosedur ilmu. Tidak hanya akupunktur, pelbagai pengobatan alterantif lainnya seperti Bekam, Akupressure, maupun pengobatan herbal tidak pernah mendapatkan tempat yang sejajar dalam ilmu kedokteran barat.
Namun belakangan ini, para ahli mengatakan, kini secara ilmiah telah terungkap bagaimana akupunktur bekerja. Dikutip dari Kompas.com, para peneliti dari Georgetown University Medical Center menemukan bahwa tikus-tikus di laboratorium yang mendapatkan stimulasi akupunktur elektronik mengalami penurunan hormon stres. Kenapa tikus? Sebab ternyata hewan ini sudah banyak dipakai dalam penelitian tentang respons stres. Mereka menunjukkan respons stres ketika terpapar suhu udara dingin selama satu jam setiap hari dalam periode penelitian 10 hari.
Kemudian tikus itu dibagi ke dalam beberapa kelompok, yakni kelompok tikus yang stres, kelompok yang stres dan mendapat terapi akupunktur, kelompok yang stres dan mendapat terapi yang menyerupai akupunktur, serta kelompok yang mendapat terapi akupunktur meski tidak stres. Titik yang ditusuk jarum adalah titik Zusanli di bagian kaki yang sudah dilaporkan memang mengobati stres dan gejala-gejala terkait stres. Pada manusia, titik tersebut terletak di bawah kaki dan titik tersebut juga ada pada tikus.
“Banyak praktisi akupunktur yang mendapatkan pasiennya mengalami penurunan kadar stres, tetapi secara biologi belum dibuktikan mengapa hal itu terjadi,” kata Ladan Eshkevari, ketua peneliti. Ladan Eshkevari menambahkan bahwa mereka menemukan bahwa akupunktur elektronik menghambat stres yang dipicu oleh peningkatan hormon HPA axis dan jalur NPY.
Sumber