Memperbaiki Kebiasaan Makan untuk Gaya Hidup Lebih Sehat

Bumi Herbal Vivere

Gaya hidup serba cepat tanpa sadar membentuk pola makan serba instan. Kadang kita akhirnya terjebak pada kebiasaan makan makanan cepat saji, daripada masak sendiri di rumah.

Tidak hanya makanan cepat saji, mengonsumsi makanan yang tidak kita ketahui proses pembuatannya kadang juga membahayakan kesehatan kita. Pasalnya, kita sama sekali tidak mengetahui bahan di balik makanan tersebut, apalagi seberapa banyak penyedap yang digunakan.

Jadi, jangan heran kalau jumlah penderita katastropik khususnya di ibukota jadi meningkat. Penyakit katastropik merupakan penyakit berbiaya tinggi dan secara komplikasi dapat membahayakan jiwa penderitanya, seperti penyakit ginjal, penyakit jantung, penyakit syaraf, kanker, diabetes mellitus, dan haemofilia.

Seperti dilansir dari Elshinta, kementerian Kesehatan RI mengemukakan bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini telah terjadi perubahan pola penyakit di Indonesia, antara lain dengan meningkatnya tren penyakit katastropik di setiap tahunnya.

Rabu, 23 November 2016, Vivere, brand furniture dan aksesoris untuk kebutuhan rumah mengadakan talkshow interaktif bertajuk ‘Healthy Food Healthy Nation’. Dalam talkshow tersebut, Santhi Serad yang mewakili Bumi Herbal berbincang seru bersama Nunny Hersiana (Happy Eating Go Langsing), Maria Asti (Komunitas Organik Indonesia), dan Gery Darmawan Nainggolan (Sinarmas Cakrawala Persada).

Perbincangan sore itu dibuka dengan pertanyaan ‘sudah sehatkan bangsa kita?’. Memang saat ini berbagai kampanye untuk hidup sehat mulai bermunculan, demikian pun dengan komunitas yang mendorong gaya hidup sehat.

“Dibanding dulu, sekarang masyarakat sudah lebih aware terhadap kesehatan mereka. Salah satunya ditandai dengan banyaknya campaign tentang makanan sehat,” ungkap Gerry dari Sinarmas Cakrawala Persada.

Menanggapi hal tersebut, Santhi setuju bahwa makin ke sini memang akses menuju gaya hidup sehat semakin mudah. Hanya saja, kendala terkadang datang dari dalam pribadi. Itulah yang perlu dihindari.

“Banyaknya penyakit seperti diabetes dan darah tinggi itu biasanya muncul dari pola makan. Salah satu cara menanggulanginya adalah membiasakan diri untuk makan makanan rumah, dengan demikian kita bisa mengontrol bahan makanan yang digunakan,” tutur Santhi.

Setuju dengan hal tersebut, Nunny menambahkan bahwa kebiasaan makan yang salah merupakan faktor penghalang gaya hidup sehat. Menurutnya, kebiasaan makan yang diturunkan dari orang tua bisa jadi pemicu utamanya.

“Gemuk itu perilaku dari kebiasaan yang diturunkan, bukan karena keturunan. Kebiasan makan kita dibentuk di rumah. Anak-anak punya preferensi, sayangnya banyak anak-anak yang dikenalkan pada makanan fast food. Jadi selera mereka ya itu, bukan lagi sayur bayam, atau makanan rumahan lainnya. Maka itu anak-anak harusnya diajari untuk makan makanan rumahan,” ungkap Nunny menimpali.

Dengan kebiasaan makan yang benar, peran komunitas, bisnis, atau institusi berbasis gaya hidup sehat baru bisa dirasakan manfaatnya. Ketiganya merupakan penolong para penyuka gaya hidup sehat untuk tetap berjalan di track yang benar.

“Di Happy Eating Go Langsing, kami banyak menemukan orang-orang dengan alasan makan yang keliru. Dari situ, kami berusaha untuk mengenalkan pola makan dengan alasan yang benar. Intinya, makan saat tubuh kita memang lapar,” ujarnya

Sementara itu di Bumi Herbal, Santhi mengajak masyarakat luas untuk datang mengenali plus mengetahui manfaat berbagai tumbuhan herbal.

“Di Bumi Herbal, kami mengajak generasi baru untuk melihat, memegang, mengamati dan belajar langsung mengenai tanaman herbal. Kami berharap dengan mengenalnya, mereka jadi lebih meminati tanaman herbal. Pasalnya saat ini belum tentu semua informasi soal tanaman herbal benar, kita pun perlu mencermatinya sebelum menyebarkannya,” jelas Santhi.

Serupa tapi tak sama, Komunitas Organik Indonesia juga ikut berkontribusi mendukung gaya hidup sehat terutama yang berkaitan dengan bahan baku organik. Mereka mengajak masyarakat untuk lebih menghargai proses organik yang tidaklah mudah.

“Banyak orang yang berpikir dua kali untuk menggunakan bahan organik, katanya mahal. Padahal, harga mahalnya adalah karena prosesnya. Saya yakin, semakin banyak yang meminati bahan baku organik, makin banyak pula petani yang ikut menanam, dan harganya pun akan semakin murah,” ujar Maria, perwakilan dari Komunitas Organik Indonesia.

Jadi, bagaimana? Sekarang sudah banyak cara untuk memulai gaya hidup sehat. Semuanya tergantung apakah kita mau mengubah pola dan kebiasaan makan atau tidak. Keputusan ada di tangan Anda. Mari datang dan manfaatkan semua fasilitas yang tersedia di kebun Bumi Herbal Dago.

 

Komentar

%d bloggers like this: