Produk Jamu Indonesia Disukai Konsumen Asing

Produk jamu Indonesia disukai oleh konsumen di luar negeri. Konsumen asing umumnya gemar minuman tradisional berupa jamu dalam bentuk cair.

Direktur Utama PT Jamu Jago Ivana Suprana mengatakan, PT Jamu Jago telah mengekspor aneka produk jamu ke sejumlah negara, antara lain Jepang, Tiongkok, Malaysia, Vietnam, Australia, dan Kanada.

Permintaan ekspor tersebut selalu diterimanya setiap bulan dalam volume bervariasi. “Kami pernah mengirimkan produk jamu dengan volume terbanyak satu kontainer ke Malaysia dalam satu bulan,” ujar Ivana, Minggu (712).

Untuk memenuhi selera konsumen, cita rasa produk jamu terkadang terpaksa diubah. Khusus produk minuman tradisional yang akan dikirim ke Jepang. misalnya, cita rasa terpaksa diubah menjadi sedikit lebih ringan dan tidak menggunakan terlalu banyak rempah. Sebaliknya, Australia, menurut Ivana, justru menyukai rasa asli dan khas dari setiap produk jamu.

“Masyarakat asli Australia menyukai berbagai produk minuman tradisional serta jamu masuk angin dan flu dengan cita rasa sama dengan yang dipasarkan di Indonesia,” lanjutnya.

Ivana yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua Gabungan Pengusaha Jamu Jawa Tengah mengatakan, di lingkup pasar domestik, sekitar 200 perusahaan jamu di Jawa Tengah telah mampu memasarkan produknya ke sejumlah kota di Jawa, Sumatera, dan Kalimantan.

Untuk wilayah Indonesia timur, seperti Nusa Tenggara Timur dan Papua, perusahaan jamu di Jawa Tengah masih kesulitan memasarkan produknya karena daerah tersebut biasanya memiliki ramuan obat-obatan tradisionalnya sendiri.

Permintaan tumbuh

Setiap tahun, permintaan produk jamu di dalam negeri meningkat sekitar 20 persen. Untuk tahun ini, target omzet industri jamu nasional mencapai Rp 15 triliun, dan hingga awal Desember ini diperkirakan mencapai sekitar 80 persen dari target.

Ketua Paguyuban Jamu Gendong DKI Jakarta Lasmi mengatakan, jamu racikan dari industri rumah tangga dan dijual oleh tukang jamu gendong juga menarik minat konsumen asing. Di Jakarta, menurut dia, produk jamu miliknya banyak dikonsumsi oleh warga ekspatriat, seperti dari Korea, Belanda, Tiongkok, dan India.

Tidak hanya itu, Lasmi mengatakan, dirinya juga kerap diundang untuk memberikan pelatihan dan berbincang tentang jamu di kedutaan asing, seperti Kedutaan Besar Australia dan Amerika.

Tahun ini, untuk pertama kalinya dia pun diundang memberikan pelatihan tentang proses produksi jamu di luar negeri, yaitu Singapura.

“Minggu depan, saya akan memaparkan proses produksi jamu kepada pejabat Indonesia di Kedutaan Besar Indonesia di Singapura serta tamu mereka warga asli negara itu,” tutur Lasmi.

Meski berhasil melakukan ekspor, di satu sisi, Indonesia juga masih dibanjiri produk jamu dan obatan-obatan tradisional dari luar negeri. Kebanyakan produk luar tersebut berasal dari Tiongkok dan Malaysia.

Menyikapi kondisi tersebut, Ivana meminta pemerintah membantu memberikan edukasi kepada masyarakat agar lebih hati-hati memilih produk yang hendak dikonsumsi. Apalagi, jamu impor kini juga berlimpah di pasaran domestik.

Sumber: Kompas

 

Komentar

%d bloggers like this: